Hari ini, 14 Agustus, selalu diperingati sebagai Hari Pramuka. Apa kabar Pramuka di sekolah-sekolah? Kompas.com mendatangi sejumlah sekolah untuk melihat apakah organisasi ini masih eksis atau hanya sekadar seragam yang masih melekat di tubuh para siswa.
Siswa-siswi berseragam coklat, lengkap dengan baret di kepala, dasi di dada, serta simpul tali di kantong celana berbaris rapi di tengah lapangan, di suatu sore, pekan lalu. Mereka mendengarkan Kakak Pembina menjelaskan bahwa kini mereka sudah naik kelas, dan ada juga beberapa dari mereka yang naik tingkatan Pramuka dari Pramuka Siaga ke Pramuka Penggalang.
Itulah gambaran akticitas Pramuka yang berlangsung di SDK BPK Penabur, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Dalam kegiatannya hari itu, mereka diajarkan simpul tali temali, serta baris-berbaris.
Di sisi lain lapangan, terlihat sekumpulan anggota Pramuka dengan tingkatan Siaga tengah membacakan Dwi Dharma atau Janji Pramuka dengan lantang. Lalu, mereka berlatih baris-berbaris dilanjutkan dengan berkelompok dan menampilkan yel-yel ciptaan mereka dengan penuh tawa ria.
Salah satu guru dan pembina Pramuka di sekolah itu, Toto Sugiyarto mengatakan, sebelumnya, yang membina Pramuka adalah senior-senior Pramuka Penegak dari SMA sekitar sehingga para guru tidak perlu menjadi pembina. Namun, saat ini, para Penegak tersebut sudah menjadi guru honorer di sekolah-sekolah negeri sehingga tidak lagi menjadi pembina. Karena itu, Kakak Pembina Pramuka di sekolah ini adalah para guru sendiri.
Tak ada ekskul Pramuka
Berbeda dengan SMA Regina Pacis Bogor yang tidak memiliki ekstrakurikuler Pramuka. Menurut B. Arisekundiatmi, Kepala Sekolah SMA Regina Pacis Bogor, hal ini terjadi karena sulitnya mencari pembina yang bagus untuk anak-anak SMA. Apalagi, kegiatan ini dinilai tak lagi menjadi tren, sehingga dibutuhkan sesuatu yang menarik minat para siswa.
"Pramuka itu kan gunanya untuk penanaman nilai, kecerdasan empati, kecerdasan sosial, serta kerjasama. Jika pembinanya tidak bisa membentuk hal-hal tersebut, tidak akan ada gunanya. Mindset anak-anak sekarang tentang Pramuka itu sungguh negatif, enggak jelas, ngapain sih main-main tali begitu. Jadi saya ingin mencari pembina yang betul-betul oke. Saya sangat ingin mengaktifkan ekskul Pramuka di sekolah ini karena Pramuka itu penting untuk pembentukan mental anak-anak," ujarnya, saat ditemui Kompas.com, pekan lalu.
Sementara itu, di SMP Regina Pacis Bogor masih ada ekskul Pramuka. Akan tetapi, peminatnya sangat sedikit. Tahun lalu, peminat ekskul Pramuka hanya 4 orang sehingga digabung dengan SD. Padahal, beberapa tahun lalu, Regina Pacis sering sekali ikut perlombaan-perlombaan Pramuka dan tak jarang meraih gelar juara. Contohnya, 5 tahun lalu, mereka berhasil menjadi Juara 2 Lomba Pramuka di IPB dan Santa Maria.
Dulu, Pramuka di sekolah ini juga sangat aktif sehingga berpartisipasi dalam Jambore Nasional. Kini, tak ada lagi prestasi yang terukir.
Wiwik Rustiyanti, mantan pembina ekskul Pramuka SMP Regina Pacis Bogor mengatakan, saat ini para siswa lebih memprioritaskan ekskul lain dibandingkan Pramuka. Oleh karena itu, ketika ada lomba Pramuka, yang menjadi simpatisan banyak. Tetapi, mereka tidak ingin mengikuti ekskulnya.
Sumber : kompas.com