Menjelang sore setiap Selasa, cobalah mampir ke lantai delapan kantor gedung Gramedia Majalah. Alunan mantra diiringi musik khas Tibet nan membuai hati akan mengalir dari celah-celah pintu ballroom. Musik ini mengantarkan para peserta kelas yoga untuk berkonsentrasi mengikuti gerakan-gerakan nan gemulai—namun bisa jadi amat melelahkan—di dalam ruang.
Inilah saat yang saya tunggu-tunggu dalam satu minggu, salah satu cara untuk membugarkan dan melenturkan tubuh, melepaskan diri dari rutinitas di ruang kerja. Ternyata, banyak hal lain yang bisa didapatkan dari kegiatan yang satu ini loh, seperti melatih konsentrasi—misalnya saat melatih keseimbangan dengan gaya ‘ajaib’ di atas satu kaki—serta bermeditasi.
Dan tahukah Anda, bahwa melakukan program mindfulness meditation dalam jangka waktu delapan minggu bisa mengubah struktur otak? Perubahan di area otak yang antara lain terkait dengan ingatan, empati, dan stres ini bahkan bisa diukur untuk pertama kalinya oleh peneliti dari Massachusetts General Hospital, AS.
“Walaupun penerapan meditasi diasosiasikan dengan perasaan tenteram dan relaksasi fisik, para praktisi telah lama menyatakan bahwa mindfulness meditation juga memberikan keuntungan kognitif dan psikologis yang bertahan seharian,” ujar Sara Lazar PhD, dari MGH Psychiatric Neuroimaging Research Program.
Struktur otak 16 partisipan ditangkap dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dua minggu sebelum dan sesudah mengikuti Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) Program di University of Massachusetts Center for Mindfulness. Rekaman gambar otak juga diambil dari grup yang tidak melakukan meditasi, dalam interval waktu yang mirip.
Analisis MRI menemukan adanya kepadatan substansi kelabu (grey matter) yang meningkat di hipokampus—yang penting bagi proses pembelajaran serta ingatan—dan dalam struktur yang berhubungan dengan kesadaran, rasa kasihan dan introspeksi.
Berkurangnya stres yang dialami peserta juga terkait dengan penurunan kepadatan substansi kelabu di amigdala, yang diketahui memainkan peran penting dalam kegelisahan dan stres. Tidak satu pun perubahan ini terlihat di grup yang tidak melakukan meditasi.
Di Universitas Gadjah Mada, sebuah penelitian pernah dilakukan pada tahun 2007 untuk melihat pengaruh pelatihan mindfulness meditation terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa kelas tiga SMA Negeri 1 Pleret yang selamat dari gempa bumi tanggal 27 Mei 2006. Hasil penelitian mengungkap, meditasi ini memang berguna untuk menurunkan tingkat kecemasan secara signifikan.
Jadi, mari beryoga dan bermeditasi!
Sumber: Situs Universitas Gadjah Mada, situs Massachusetts General Hospital, www.nmr.mgh.harvard.edu