Welcome to Blog's Saka Wira Kartika Kabupaten Pekalongan */* Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidin Walfaidin Mohon Maaf Lahir & Batin

Kemah Kebangsaan 2010

Monday, July 11, 2011

MOS Tanpa Kekerasan


TAHUN ajaran baru 2010/2011 mulai dilaksanakan di berbagai sekolah di Kalimantan Selatan. Hal itu ditandai dengan berbagai persiapan dan kesibukan yang dilakukan oleh pihak sekolah, siswa dan orangtua siswa-siswi.

Bagi siswa-siswi baru, hari perdana memasuki sebuah lingkungan sekolah baru diharuskan mengikuti program masa orientasi siswa (MOS). MOS merupakan sebuah kegiatan yang umum dilaksanakan di sekolah guna menyambut kedatangan siswa baru. 

Masa orientasi lazim kita jumpai hampir di tiap sekolah, mulai dari tingkat SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi. Tak pandang itu sekolah negeri maupun swasta, semua menggunakan cara itu untuk mengenalkan almamater pada siswa barunya. 

MOS dijadikan sebagai ajang untuk melatih ketahanan mental, disiplin dan mempererat tali persaudaraan. MOS juga sering dipakai sebagai sarana perkenalan siswa terhadap lingkungan baru di sekolah tersebut. Baik itu perkenalan dengan sesama siswa baru, kakak kelas, guru hingga karyawan lainnya di sekolah itu. Tak terkecuali pengenalan berbagai macam kegiatan yang ada dan rutin dilaksanakan di lingkungan sekolah

Namanya juga cukup beragam, antara sekolah satu dengan sekolah lainnya. Ada yang menyebut sebagai penataran, ada pula yang menamai kegiatan itu sebagai masa pendadaran dan masih banyak lagi sebutan lainnya. 

Untuk kalangan perguruan tinggi, kegiatan itu lebih dikenal dengan sebutan ospek. Masa orde baru, kegiatan MOS itu dibungkus oleh kegiatan wajib yang bernama Penataran P4. Di dalam kelas para siswa dan mahasiswa diberikan materi tentang Pancasila, di luar ruangan mereka dikerjain para senior, dari perlakuan biasa sampai kekerasan fisik yang membahayakan nyawa calon siswa/mahasiswa.   

Berbagai peraturan pun diterapkan, mulai dari membawa tas dari karung beras atau kantung kresek ukuran jumbo, rambut dikucir sejumlah tanggal lahir (bagi cewek) dengan pita warna-warni, pakai sabuk dari tali plastik, sampai kertas dikalungkan bertuliskan nama-nama aneh yang harus diikat di leher sampai kegiatan MOS selesai. 

Itu semua adalah sebagian gambaran umum MOS yang berlaku di sekolah, termasuk di kampus perguruan tinggi dengan nama Ospek. 

Salah satu ketakutan calon siswa baru mengikuti MOS adalah terjadinya kekerasan fisik.

Beberapa minggu lalu dunia pendidikan di Kalimantan Selatan tercoreng dengan adanya kegiatan MOS yang semestinya tidak harus terjadi. Banyak cara yang lebih terpuji dan lebih bijaksana untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka tanpa harus ada kekerasan fisik, karena hal itu bisa menjadi budaya yang merusak moral siswa di tingkat sekolah. 

Padahal tujuan mereka ikut kegiatan itu untuk memperoleh pengetahuan dasar mengenai kondisi sekolah yang baru mereka tempati. Orientasi kesiswaan itu penting untuk menanamkan kepribadian kepada siswa dan memberikan pengenalan kepada siswa baru tentang sekolahnya dan teman-temannya.

Kekerasan selama MOS di sekolah sudah menjadi hal yang tabu untuk dilakukan, karena tidak memberikan ruang yang kondusif bagi anak. MOS di sekolah-sekolah sebaiknya lebih mengacu pada tujuan memperkenalkan program pendidikan dan lingkungan sekolah kepada siswa baru. Dengan bentuk MOS seperti itu dapat lebih mewujudkan tumbuhnya pendidikan karakter bagi siswa baru. 

Siswa baru dapat lebih berperilaku sopan dan memahami karakter kepribadiannya dengan lebih baik. Itu akan lebih maksimal jika setelah MOS pendidikan karakter bagi siswa baru dapat terus diupayakan, sehingga tercipta pembentukan pendidikan karakter siswanya dan membangun solidaritas antarteman di sekolah. 

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara. Selain itu membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Karakter seorang individu terbentuk sejak kecil, karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan memengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari.

Secara sederhana, pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk memengaruhi karakter anak-anak yang diajar. Dr Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Educating for Character, pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.

Lickona menegaskan bahwa ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak, kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar. Kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.

Sumber : banjarmasin.tribunnews.com 

javascript:void(0)